Istano Basa Pagaruyung
Kali ini penulis berkesempatan untuk sedikit bercerita tentang salah satu objek wisata yang merupakan salah satu simbol dari daerah Minangkabau, yaitu Istano Basa Pagaruyung. Istano Basa merupakan sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang
asli. Istano Basa asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar
habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada Desember 1976 oleh Harun Zain, Gubernur Sumbar waktu itu. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum. Pada Februari 2007 pun sempat mengalami kebakaran akibat sambaran petir, pada saat itu masyarakat Minangkabau benar-benar ditimpa kemalangan, pasalnya disaat yang sama masyarakat Minangkabau tengah dikhawatirkan dengan peristiwa gempa bumi.
Istana Basa Pagaruyung bertingkat tiga dengan 11 gonjong atau puncak atap setinggi 60 meter dengan atap dari ijuk. Dinding Istana penuh dengan ukiran khas Minangkabau, termasuk dua rumah tabuah, rangkiang patah sambilan.
Di dalam Istana terdapat tiga lantai yang memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Lantai pertama disebut juga singasana merupakan tempat Bundo Kandung melihat tamu yang datang. Bundo Kanduang juga yang mengatur makanan yang diberikan untuk tamu dan mengatur tempat duduk tamu sesuai kepentingan dan darimana ia berasal. Di lantai satu terdapat 8 kamar dan 9 ruangan. Satu ruangan digunakan sebagai selasar atau jalan menuju dapur. Sebelah kanan disebut Pangkal Rumah dan disebelah kiri disebut juga Ujung Rumah. Di lantai satu ini juga dipamerkan beberapa peninggalan kerajaan Pagaruyung. Lantai kedua disebut juga anjung peranginan atau anjung pingitan. Disini, seseorang yang akan dijadikan Bundo Kandung akan dilantik secara agama dan ilmu khusus untuk meneruskan pengelolaan Rumah Gadang. Sedangkan di lantai 3 merupakan tempat yang tinggi dari yang paling tinggi, tempat pusaka diturunkan yang berarti tempatnya seorang raja akan dilantik dan diberi ilmu.
Selain bangunan utama, di samping dan belakang istana ada bangunan penunjang lain seperti dapur, kamar mandi, ruang pertemuan dan surau.
Sedangkan di sebelah kiri depan istana juga ada yang disebut Rangkiang
Patah Sembilan. Rangkiang dahulunya digunakan sebagai
tempat penyimpanan padi dan menjadi simbol kemakmuran dan kekuatan Alam
Minangkabau.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada Desember 1976 oleh Harun Zain, Gubernur Sumbar waktu itu. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum. Pada Februari 2007 pun sempat mengalami kebakaran akibat sambaran petir, pada saat itu masyarakat Minangkabau benar-benar ditimpa kemalangan, pasalnya disaat yang sama masyarakat Minangkabau tengah dikhawatirkan dengan peristiwa gempa bumi.
Istana Basa Pagaruyung bertingkat tiga dengan 11 gonjong atau puncak atap setinggi 60 meter dengan atap dari ijuk. Dinding Istana penuh dengan ukiran khas Minangkabau, termasuk dua rumah tabuah, rangkiang patah sambilan.
Di dalam Istana terdapat tiga lantai yang memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Lantai pertama disebut juga singasana merupakan tempat Bundo Kandung melihat tamu yang datang. Bundo Kanduang juga yang mengatur makanan yang diberikan untuk tamu dan mengatur tempat duduk tamu sesuai kepentingan dan darimana ia berasal. Di lantai satu terdapat 8 kamar dan 9 ruangan. Satu ruangan digunakan sebagai selasar atau jalan menuju dapur. Sebelah kanan disebut Pangkal Rumah dan disebelah kiri disebut juga Ujung Rumah. Di lantai satu ini juga dipamerkan beberapa peninggalan kerajaan Pagaruyung. Lantai kedua disebut juga anjung peranginan atau anjung pingitan. Disini, seseorang yang akan dijadikan Bundo Kandung akan dilantik secara agama dan ilmu khusus untuk meneruskan pengelolaan Rumah Gadang. Sedangkan di lantai 3 merupakan tempat yang tinggi dari yang paling tinggi, tempat pusaka diturunkan yang berarti tempatnya seorang raja akan dilantik dan diberi ilmu.
Gambar Ruang Lantai1
Gambar Tangga menuju tiap Lantai
Gambar Ruang Lantai 2
Gambar Peninggalan Kerajaan
Selain bangunan utama, di samping dan belakang istana ada bangunan penunjang lain seperti dapur, kamar mandi, ruang pertemuan dan surau.
Gambar Rankiang
Di Istana ini kita juga dapat menyewa pakaian adat Minangkabau, kita dapat menjadi Raja dan Bundo Kanduang sehari. Dan juga ada beberapa karakter kesayangan anak seperti Doraemon, Hello Kitty, Masha, dll. Hanya dengan 5000 rupiah kita dapat berfoto bersama karakter tersebut.
Gambar Penulis berfoto dengan salah satu karakter yang disukai anak-anak
Terima Kasih atas kunjungannya, dijamin puas. Enjoy your Trip, Enjoy Sumatera Barat.
Komentar
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar dengan bijak